Digitalisasi merupakan hal yang diperlukan untuk merawat lingkungan, khususnya dalam pengelolaan hutan konservatif.
Direktur Komunitas Konservasi Indonesia Warsi (KKI-Warsi), Adi Junedi menyampaikan bahwa digitalisasi merupakan hal yang diperlukan untuk merawat lingkungan, khususnya dalam pengelolaan hutan konservatif.
Hal itu disampaikan Adi dalam acara Green Press Community (GPC) bertema “Komunikasi, Jurnalisme, AI dan Digitalisasi dalam Isu Lingkungan” yang berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (8/11).
Dia menuturkan, KKI Warsi telah membuat sejumlah program digitalisasi yang berfokus pada lingkungan hidup. Terbaru ada program digitalisasi desa.
Data yang ada di desa ini, kata Adi, bersifat dinamis, hidup, dan aktif. Artinya, data tersebut selalu berkembang dan ter-update otomatis ketika ada perubahan.
“Hasil program Ini lebih kepada analisis data-data pembangunan berkelanjutan yang bisa memenuhi kehidupan masa kini dan tidak mengancam kebutuhan kehidupan di masyarakat,” ujarnya.
“Analisis inj juga bisa menjadi alarm untuk mitigasi bencana itu yang sudah mengancam,” sambungnya.
Saat ini, kata dia, sudah ada 104 desa di 5 provinsi yang telah memanfaatkan digitalisasi desa ini untuk membuat kebijakan dan advokasi pemerintah desa dalam hal lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Selain itu, pihaknya juga telah membuat program bernama pohon asuh. Program ini digulirkan untuk mendukung program penghijauan atau reboisasi. Program ini dapat diakses secara online melalui laman pohonasuh.org. Masyarakat yang berminat untuk mengasuh pohon bisa mengunjungi laman tersebut.
Sejauh ini, sudah ada sekitar 4.993 pohon adopsi yang tersebar di 19 lokasi, dengan donasi per 1 November 2023 telah mencapai Rp937.415.000. Donasi ini dihimpun dari masing-masing pohonnya sebesar Rp100-200 ribu, dengan waktu asuh selama 1 tahun.
Program Guardian
Lebih lanjut, KKI Warsi juga membuat program bernama Guardian yang akan membantu pengelola hutan konservasi dalam memitigasi upaya-upaya kejahatan terhadap lingkungan, salah satunya yakni penebangan hutan ilegal.
Dalam implementasinya, KKI Warsi menggunakan semacam alat pendeteksi suara yang dipasang di atas pohon. Alat ini akan mendeteksi adanya suara di sekitarnya dan mengirimkannya ke ke petugas.
“Alat ini akan membantu pengamanan kawasan untuk melakukan pengecekan lapangan. Ini juga banyak tangkap tangan (penebangan ilegal) berkat guardian ini,” tuturnya.
Ke depan, dia berharap agar digitalisasi dan teknologi dapat diterapkan oleh semua pihak untuk membawa kemanfaatan dalam pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.
Acara GPC, yang berlangsung hingga Kamis (9/11/2023), menghadirkan berbagai learning session, talk show, dan konferensi yang melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk pers, organisasi non-pemerintah, dan mahasiswa.
Pada hari terakhir, SIEJ, sebagai penyelenggara GPC, mengundang tiga Calon Presiden Republik Indonesia — Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto — untuk hadir menyampaikan rencana kerangka kebijakan terkait lingkungan hidup yang mereka siapkan jika terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia.