Mendalami ‘green jobs’ tak hanya berarti beralih pekerjaan, tapi juga mulai mempertimbangkan dampak aktivitas kita terhadap lingkungan hidup.

Menyambut Hari Bumi 2024, yang dirayakan pada Senin (22/4), Coaction Indonesia atau Koaksi Indonesia mengajak para pekerja di sektor formal dan informal untuk mulai berubah menjadi pekerja yang ramah lingkungan (green jobs) dengan mempelajari keterampilan bekerja hijau (green skills) yang mendukung pelestarian lingkungan.

Keterampilan tersebut menjadi penting untuk membantu menanggulangi dampak krisis iklim yang saat ini semakin nyata di berbagai belahan dunia.

Menjadi pekerja yang ramah lingkungan bukan berarti harus beralih ke bidang pekerjaan yang terkait langsung dengan masalah lingkungan hidup. Akan tetapi bisa tetap melakukan pekerjaan yang sama, namun mulai mempertimbangkan dampak aktivitas kita terhadap kelestarian lingkungan.

Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan Koaksi Indonesia Ridwan Arif mengatakan, banyak yang bisa dilakukan warga untuk mulai menjadi pekerja hijau. Misalnya, menurut dia, warga di kawasan urban bisa beralih menggunakan transportasi publik dalam kegiatan sehari-hari.

“Cara lain, jika tidak mau bergantung pada transportasi publik, para penjejak green jobs bisa beralih menggunakan sepeda atau moda kendaraan lain berbasis listrik,” kata Ridwan dalam siaran pers yang diterima Ekuatorial pada Selasa (23/4).

Manajer Kebijakan dan Advokasi Koaksi Indonesia Azis Kurniawan menambahkan bahwa definisi green jobs tak hanya berkutat pada sektor manufaktur, konstruksi, dan energi hijau. Pekerja semua sektor bisa menjadi pekerja yang hijau.

Dia menjelaskan, kriteria green jobs menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO) di antaranya mampu meningkatkan efisiensi energi dan menghemat bahan baku, membatasi gas rumah kaca, meminimalisasi limbah dan polusi, memulihkan ekosistem, serta mendukung upaya adaptasi terhadap perubahan iklim.

“Selama kita di kantor menggunakan energi dengan efisien, termasuk menggunakan kertas bolak-balik itu masuk kategori green jobs. Mematikan alat pendingin udara dan lampu penerangan juga termasuk. Banyak orang tidak merasa bekerja di green jobs, padahal kalau mereka tahu, mereka sudah melakukannya setiap hari,” tutur Azis.

Dengan luasnya lingkup green jobs, lanjutnya, masyarakat kini bisa mulai menekuni pekerjaan mereka dengan lebih ramah lingkungan.

Inspirasi bisnis baru

Kesadaran untuk menjalani hidup yang lebih ramah lingkungan juga bisa menjadi inspirasi bisnis baru. Hal tersebut dialami oleh Hendi Rahmat. Kegemarannya bersepeda, untuk sekaligus ikut mengurangi emisi karbon, menginspirasinya untuk mendirikan Westbike Messenger Service pada tahun 2013.

“Modal saya tidak besar waktu itu dan motivasi saya untuk kota Jakarta. Jadi saya menikmati prosesnya. Sampai sekarang berkembang terus,” kata Hendi.

Bisnis kurir logistik bersepeda tersebut berhasil dikembangkannya. Tak hanya di Jakarta, Westbike memiliki cabang di  Bandung, Surabaya, dan Medan. Pasukan bike messenger-nya rata-rata mengirim 7.000 paket setiap bulan.

Berdasarkan perhitungan Greenpeace Indonesia, kata Hendi, bisnisnya bisa menghemat biaya bahan bakar minyak hingga Rp60 juta setiap bulan.

Peluang green jobs

Menurut Koaksi Indonesia, green jobs akan booming di Tanah Air seturut meningkatnya kesadaran terhadap dampak perubahan iklim.

Usaha kecil yang berkontribusi pada lingkungan, seperti daur ulang limbah menjadi produk lain, akan berkembang. Semakin banyak juga perusahaan besar yang membentuk divisi keberlanjutan (sustainability) untuk memitigasi dampak bisnis mereka terhadap lingkungan dan ketersediaan sumber daya alam.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan bahwa ekonomi hijau atau sirkular bakal membuka 4,4 juta peluang pekerjaan baru pada tahun 2030.

Bappenas bahkan sudah menyusun Okupasi Nasional Green Jobs. Hingga Agustus 2022, pemetaan okupasi ini telah mengidentifikasi 191 jenis pekerjaan hijau.

Sementara Koaksi Indonesia menghitung pada 2030 akan ada 430.000 pekerjaan yang terkait langsung dengan proses pembangunan pembangkit listrik dengan energi terbarukan.


About the writer

Sandy Pramuji

After graduating from Padjadjaran University, Sandy has been active in journalism. Starting as a repoter at The National News Agency (LKBN) Antara in 2003, he then helped developing an English language...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.