Penelitian ini yang pertama di Indonesia yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menentukan terapi pada pasien stroke sumbatan hiperakut.

Reyhan Eddy Yunus, dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran UI mengembangkan model kecerdasan buatan untuk pasien stroke. (Foto: UI)
Reyhan Eddy Yunus, dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran UI mengembangkan model kecerdasan buatan untuk pasien stroke. (Foto: UI)

Stroke adalah penyakit pada pembuluh darah otak yang menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan di Indonesia. Penanganan stroke yang cepat dan tepat sangat penting untuk mengurangi dampaknya. Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi penanganan stroke, Reyhan Eddy Yunus, dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan mahasiswa Program Doktor FKUI, telah mengembangkan model kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk memprediksi efektivitas terapi trombolisis pada pasien stroke sumbatan hiperakut.

Salah satu metode yang sering diterapkan adalah trombolisis, yaitu proses memecah gumpalan darah yang menghalangi aliran darah ke otak.

“Penelitian ini merupakan yang pertama di Indonesia yang memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menentukan terapi pada pasien stroke sumbatan hiperakut dengan data lokal. Hasil penelitian ini membuka peluang baru dalam penanganan stroke dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien serta mengurangi beban sistem kesehatan nasional,” jelas Reyhan, dalam keterangan resmi yang diakses Selasa, 6 Agustus 2024.

Stroke dapat dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan proses terjadinya: stroke perdarahan dan stroke non-perdarahan atau sumbatan. Stroke sumbatan hiperakut terjadi ketika aliran darah ke jaringan otak terhambat dalam waktu enam jam sejak awal stroke. Penentuan waktu awitan ini penting untuk menentukan apakah terapi trombolisis intravena atau trombektomi mekanik dapat diterapkan.

Dalam disertasi berjudul “Pengembangan Model Kecerdasan Buatan Pembelajaran Mesin untuk Prediksi Keberhasilan Terapi Trombolisis Intravena pada Stroke Iskemik Hiperakut Sirkulasi Anterior dengan Menggunakan CT scan Otak, Data Klinis, dan Laboratorium Darah,” dr. Reyhan melibatkan 145 sampel untuk mengembangkan algoritma pembelajaran mesin. Sampel diambil secara retrospektif dari registrasi kode stroke di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) antara November 2014 dan Februari 2023.

Penelitian ini mencakup data CT scan otak non-kontras, data klinis saat pasien masuk rumah sakit dan 24 jam setelah trombolisis, serta data laboratorium darah yang terkait dengan stroke. Variabel data ini digunakan sebagai input dalam pengembangan model pembelajaran mesin untuk memprediksi perbaikan klinis pasien setelah terapi trombolisis. Algoritma pembelajaran mesin yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Random Forest (RF) dan Convolutional Neural Network (CNN), yang membantu memprediksi hasil terapi dengan memanfaatkan data klinis, laboratorium, dan pemeriksaan CT scan otak.

“Model kecerdasan buatan ini bertujuan untuk membantu prediksi luaran pasien stroke sumbatan hiperakut setelah trombolisis dengan memanfaatkan data yang ada. Ini dapat menjadi alat bantu bagi klinisi, terutama di rumah sakit dengan keterbatasan dokter spesialis, namun memiliki kemampuan untuk melakukan terapi trombolisis,” ujar Reyhan.

Namun, Reyhan juga menekankan bahwa model ini masih memerlukan uji coba lebih lanjut dan penerapan yang lebih luas di rumah sakit pusat stroke lainnya. “Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan tercipta terobosan baru dalam penatalaksanaan stroke sumbatan guna menurunkan tingkat kematian dan disabilitas pasien,” tambahnya.

Atas kontribusinya dalam penelitian ini, Reyhan berhasil meraih gelar Doktor dari FKUI dalam sidang promosi doktor yang berlangsung pada 9 Juli 2024 di Auditorium Lantai 3 Gedung IMERI-FKUI, Jakarta.

Sidang tersebut dipimpin oleh Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dengan Promotor Prof. Dr. dr. Salim Harris, Sp.S(K), FICA, serta Ko-Promotor Dr. dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad, Subsp.RI(K), S.H., M.H dan Dr. dr. Jacub Pandelaki, Sp.Rad, Subsp.RI(K). Tim penguji diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD, Subsp P.T.I.(K), dengan anggota termasuk Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM; Dr. dr. Aria Kekalih, MTI; Prof. Dr. Eng. Wisnu Jatmiko, S.T, M.Kom; dan penguji dari Universitas Syiah-Kuala, Prof. Dr. dr. Syahrul, Sp.N(K).

Dekan FKUI Ari Fahrial mengungkapkan harapannya terhadap riset-riset di masa depan terkait pemanfaatan Artificial Intelligence dalam dunia kedokteran dan kesehatan.

“Saya melihat dr. Reyhan konsisten dengan topik yang diangkat karena ia juga terlibat di beberapa studi AI, baik untuk penanganan Covid-19, Tuberculosis, maupun sekarang ini untuk stroke. Saya berharap ia tetap konsisten dalam hal ini dan mudah-mudahan akan terus ada riset-riset AI, khususnya di bidang Radiologi,” ujar Ari Fahrial.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.