Pemerintah lakukan pemantauan logam berat dalam air tanah di 267 kelurahan di Jakarta.Masih terbatas karna kebijakan dan alat uji.

Tulisan ini bagian ketiga dari seri liputan Kompas tentang cemaran logam berat di Jakarta yang didukung AJI Jakarta dan Internews EJN.

Pemantauan logam berat di air tanah Jakarta masih terbatas karena aturan kebijakan dan alat uji. Meski kadarnya sedikit, logam berat yang masih dipakai warga untuk air minum tetap perlu diawasi karena bisa mengancam kesehatan.

Logam berat menjadi unsur kimia yang diatur baku mutu atau batas amannya di lingkungan perairan, termasuk air tanah. Mulai tahun 2023, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta akan memeriksa air tanah dengan parameter air keperluan higiene dan sanitasi yang ditentukan di Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 2 Tahun 2023, pengganti Permenkes No 32/2017.

”Di aturan baru ini, logam berat yang wajib diukur hanya mangan (Mn) dan besi (Fe). Kalau di aturan sebelumnya, ada lima parameter logam berat tambahan, seperti air raksa, timbal, seng, kromium, dan kadmium,” kata Koordinator Subkelompok Pemantau Kualitas Lingkungan DLH DKI Jakarta, Rahmawati, Jumat (22/9/2023).

Pemantauan air tanah yang mereka lakukan dua kali setahun di 267 titik kelurahan Jakarta, kata dia, jarang mendeteksi logam berat berlebih. Pencemaran air tanah umumnya karena cemaran mikrobiologi koliform, yang disebabkan aktivitas masyarakat membuang kotoran.

Sebelumnya, penelitian logam berat kita masih terbatas, baru timbal sama mangan, itu juga belum menggunakan metode alat yang ketelitiannya bagus. Baru mulai tahun kemarin (2022).

Taat Setiawan, Kepala Balai Konservasi Air Tanah (BKAT) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Kompas mengumpulkan air sungai dan tanah untuk diuji kadar logam nya di Laboratorium Adhikari di Cibubur, Jakarta Timur.

Air tanah diambil bersamaan dengan sampel air sungai dalam kurun waktu 25 Juli-15 Agustus 2023. Kepadatan permukiman dan keberadaan industri yang diduga dapat membuang limbah logam berat ke badan air menjadi pertimbangan pemilihan lokasi.

Sampel air tanah diambil pada jarak maksimal 10 meter dari pinggir sungai. Air tanah itu berasal dari sumur bor dengan kedalaman 13 meter hingga 30 meter. Adapun satu sampel air tanah di dekat drainase Cengkareng diambil dari sumur gali dengan kedalaman kurang dari 10 meter. Sebagian kecil warga menggunakan air tanah itu untuk minum, tetapi mayoritas hanya untuk keperluan cuci dan mandi.

Di setiap lokasi, Kompas mengambil masing-masing satu liter sampel air sungai dan tanah antara pukul 10.00-13.00. Parameter yang diteliti spesifik pada tiga unsur, yakni tembaga, seng, dan timbal. Unsur-unsur itu dipilih karena lebih banyak terdeteksi dalam pemantauan sungai DLH DKI beberapa tahun terakhir.

Hasilnya menunjukkan, logam berat seng, tembaga, dan timbal nyaris tidak terdeteksi di air tanah di tujuh lokasi di atas. Namun, satu sampel air tanah di dekat Sungai Cipinang, memiliki kandungan seng 0,0215 mg/l. Nilai itu masih aman, karena di bawah baku mutu 15 mg/l, sesuai aturan parameter air sanitasi dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 32 Tahun 2017.

Rendahnya hasil deteksi logam berat oleh pemerintah juga diakui Kepala Balai Konservasi Air Tanah (BKAT) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Taat Setiawan, belum menunjukkan cemaran yang sedikit. Pantauan mereka pada lebih dari 100 sumur pantau di Jakarta sebelumnya tidak didukung alat deteksi yang canggih.

”Sebelumnya, penelitian logam berat kita masih terbatas, baru timbal sama mangan, itu juga belum menggunakan metode alat yang ketelitiannya bagus. Baru mulai tahun kemarin (2022), kita beli alat bagus untuk deteksi beragam logam berat. Hasilnya akan keluar setelah pemantauan selesai,” kata Taat, Senin (22/8/2023).

Baca bagian pertama: Menguji kandungan logam berat air sungai Jakarta

Penyedotan air tanah

Secara alami, kata Taat, Jakarta yang didominasi tanah lempung dapat menyerap polutan, termasuk logam berat. Bagaimanapun, logam berat tetap bisa mencemari air tanah. Masifnya penyedotan air tanah menjadi faktor masuknya logam berat, yang biasa dipakai atau dihasilkan dari proses industri.

”Sumur dalam yang ratusan meter pun bisa ikut tercemar, kalau kantong air di atasnya yang tercemar bocor atau merembes ke sumur dalam. Kemungkinan kebocoran ke kantong air juga bisa kalau lempung di atasnya sedikit atau enggak ada,” kata Taat.

Sumur bor yang jumlahnya ribuan di Jakarta pun perlu dikendalikan agar pencemar seperti logam berat tidak mengontaminasi air tanah. Ini utamanya pada sumur dalam yang digunakan untuk keperluan komersil.

Apakah memungkinkan orang bisa tahu kadar logam berat di tubuhnya? Bisa. Laboratorium di Indonesia bisa mengecek ini. Tapi, apa kita bisa tahu sumbernya dari mana? Enggak mungkin kita harus ukur sana sini karena logam berat bisa masuk dari air, tanah, dan udara kita.

Dewi Sumaryani Soemarko, Dosen Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral N0.259/2022 tentang Standar Penyelenggaraan Izin Pengusahaan Air Tanah melarang penggunaan air di zona konservasi untuk melindungi atau memulihkan air tanah dalam yang tidak dapat diperbarui.

Lain halnya dengan pengeboran air tanah dangkal kurang dari 40 meter yang tidak dibatasi karena mudah diperbarui oleh siklus hujan. Namun, sumber air dangkal ini lebih rentan terpapar logam berat. Oleh karena itu, pengawasan baku mutu lingkungan menjadi penting.

Baca bagian kedua: Jejak logam berat di sungai Jakarta

Risiko kesehatan

Survei Sosial Ekonomi Nasional 2022, melaporkan, 15,33 persen rumah tangga Jakarta menggunakan air tanah sebagai air minum. Jika air tanah yang diminum mengandung logam berat, kesehatan bisa terganggu.

Dosen Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, Dewi Sumaryani Soemarko, menjelaskan, tidak semua logam berat bersifat esensial atau dibutuhkan tubuh. Logam berat juga tidak bisa dicerna dan bisa bersifat beracun jika masuk dalam jumlah banyak atau terakumulasi dalam jangka panjang.

”Logam berat ini akan mengendap dulu sebelum dikeluarkan tubuh pelan-pelan. Tergantung jenisnya, logam yang tidak bisa dicerna ini bisa bertahan bulanan sampai puluhan tahun di tubuh manusia,” katanya saat dihubungi Kamis (7/9/2023).

Bergantung target organ yang dihinggapi, dampak kesehatan dari akumulasi logam berat bisa beragam. Contohnya, timbal yang terakumulasi di otak bisa menghambat perkembangan kognitif. Lalu, seng yang tidak bisa tersaring di ginjal dan melampaui ambang batas bisa mengakibatkan kerusakan ginjal.

”Apakah memungkinkan orang bisa tahu kadar logam berat di tubuhnya? Bisa. Laboratorium di Indonesia bisa mengecek ini. Tapi, apa kita bisa tahu sumbernya dari mana? Enggak mungkin kita harus ukur sana sini karena logam berat bisa masuk dari air, tanah, dan udara kita,” kata dokter spesialis okupasi (kesehatan kerja) itu.

Untuk itu, peran lembaga pemantau lingkungan penting untuk menjaga kualitas lingkungan, termasuk air tanah yang masih diandalkan bagi sumber penghidupan di Jakarta.


Liputan ini merupakan bagian dari program fellowship Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta atas dukungan Earth Journalism Network (EJN) dan pertama kali terbit di Kompas pada tanggal 23 September.
About the writer

Erika Kurnia is a dynamic journalist based in Jakarta, with more than five years of experience in online and daily newspaper media. She is experienced in writing about health, economic and metropolitan...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.