Posted inArtikel / Bencana alam

Warga Desa Tanjung Burung tuntut pemerintah bergerak atasi banjir

Sering diserang banjir, warga Desa Tanjung Burung menuntut pemerintah segera mengambil kebijakan konkret untuk mengamankan kehidupan mereka.

Desa Tanjung Burung, yang terletak di Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten, kembali menjadi sorotan akibat seringnya terkena banjir. Warga pun menuntut agar pemerintah segera mengambil kebijakan konkret untuk memitigasi banjir dan mengamankan kehidupan mereka.

Menurut warga, desa ini menjadi langganan banjir, terutama saat hujan deras, air laut pasang, dan naiknya air Sungai Cisadane yang melintasi wilayah tersebut.

Terkini, banjir setinggi maksimal 1 meter menggenangi empat kampung di desa tersebut pada Sabtu (17/2/2024). PortalDesa mengabarkan, 990 kepala keluarga (KK), atau 3.713 jiwa, harus mengungsi. Tidak ada korban jiwa dalam bencana yang menimpa desa berpenduduk 6.826 orang itu.

Saat Ekuatorial mengunjungi Desa Tanjung Burung pada Jumat (1/3/2024), dampak banjir masih terlihat jelas. Genangan air masih tampak di beberapa titik meski bencana telah berlalu.

Sebagian besar warga yang ditemui mengeluhkan kurangnya infrastruktur yang memadai untuk menangani banjir. Menurut mereka, Desa Tanjung Burung tidak memiliki sistem saluran air yang memadai untuk mengalirkan endapan air yang menggenangi desa tersebut.

“Cuma ada saluran air di dekat makam yang baru dibangun, tetapi untuk saluran air di perumahan penduduk belum ada,” ungkap Rohimi, salah satu warga desa.

Penjual lauk makanan berusia 50 tahun yang telah tinggal di Desa Tanjung Burung sejak kecil itu bercerita bahwa tahun lalu, banjir yang melanda memakan tiga korban jiwa.

“Tahun kemaren sempat ada yang meninggal tiga orang anak muda karena kesetrum di rumah. Sepinggang air di dalam rumah,” tuturnya.

Banjir tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari masyarakat. Pendapatan mereka berkurang drastis karena aktivitas jadi terbatas. Ternak banyak yang mati, lahan dan harta benda mereka pun rusak.

“Tumbuhan pada mati karena kelamaan kerendem. Perabot rumah pada rusak. Mesin cuci, kulkas, semua pada rusak,” keluh Upah, seorang perempuan penjaga warung berusia 30 tahun.

Masyarakat desa juga harus mengungsi untuk sementara waktu ke tempat tinggal warga desa lain yang daerahnya lebih tinggi dan tidak terendam air.

Tuntutan masyarakat

Banjir pada Februari itu hanya berselang tiga bulan dari bencana serupa yang melanda Desa Tanjung Burung pada 16 November 2023. Saat itu 1.055 rumah warga terendam air.

Letak desa yang berada di wilayah paling hilir Sungai Cisadane memang membuatnya menjadi rawan banjir. Jika hujan deras turun di hulu di wilayah Bogor, Jawa Barat, bisa dipastikan banjir kiriman akan melanda desa seluas 864 km persegi tersebut.

Sebagian besar warga menyatakan sulit bagi mereka untuk bertahan hidup di tengah banjir yang rutin melanda. Mereka menuntut agar pemerintah segera merespons dengan langkah-langkah konkret untuk mengamankan kehidupan dan penghidupan warga.

Mereka menekankan perlunya pembangunan infrastruktur saluran air yang efektif dan berkelanjutan, agar air hujan dan pasang laut dapat dialirkan dengan lancar tanpa menyebabkan genangan di permukiman.

Pengennya sih dibangun saluran air, ya, di depan rumah warga biar ga banjir gitu. Biar airnya dialirin ke tempat lain. Di sini banjir melulu, airnya gak bisa ke mana-mana,” ujar Marsani, warga Desa Tanjung Burung.

Selain itu, masyarakat juga mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan preventif melalui penghijauan dan pelestarian lingkungan sekitar Sungai Cisadane sebagai langkah jangka panjang. Semua itu diharapkan dapat menjadi upaya mitigasi banjir yang efektif.

Sementara itu, Kepala Desa Tanjung Burung Idris Efendi, dalam wawancara dengan Radar Banten menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya untuk mengatasi bencana banjir. Pemerintah desa telah menyiapkan tiga generator untuk menghisap air bila bencana tiba. Idris juga berharap Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) segera memperbaiki beberapa tanggul yang rusak di wilayah Desa Tanjung Burung.


About the writer

Ester Grace Pagitta

Ester Grace is a 2003-born student who dives into the dynamic world of communication science, majoring in journalism at Multimedia Nusantara University. Insatiable curiosity drives her to uncover meaningful...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.