Polusi plastik telah menjadi ancaman global yang mempegaruhi ekosistem laut secara global. Lebih jauh lagi, pencemaran ekosistem laut pada akhirnya akan memengaruhi perekonomian.

Demikian disampaikan Richard W Spinrad, Wakil Menteri Perdagangan bidang Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat dalam diskusi panel di @america, Pacific Place Mall, Jakarta, Kamis (18/4/2024).

“Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan kita untuk menjelajah ke hampir seluruh bagian dari lautan, hingga ke bagian yang paling dalam. Dan di setiap bagian tersebut kita akan menemukan plastik,” tutur Spinrad. “Mungkin kalian melihat laut yang jernih dan tak tampak botol-botol berserakan, tetapi (mikroplastik) ada di situ.”

Mikroplastik yang kemudian masuk ke dalam sistem pencernaan biota laut, lanjutnya, pada akhirnya akan merusak ekosistem laut secara keseluruhan. Jadi, jika tidak dikontrol, polusi plastik bakal menghabiskan sebagian besar hewan di lautan.

Karena bahaya yang semakin nyata itulah, Spinard menegaskan perlunya aksi dari semua lapisan masyarakat untuk memerangi sampah plastik. Peran serta aktif masyarakat itulah yang menurutnya masih kurang terlihat saat ini.

Dalam sebuah survey, ketika responden ditanya apakah mereka sadar tentang bahaya sampah plastik, Spinrad mengatakan 98% dari mereka menyatakan sadar akan hal tersebut. Namun, sambungnya, ketika ditanya apakah mereka mau berperan aktif mengatasi masalah tersebut, jumlah yang menjawab ‘iya’ jadi jauh menurun.

“Tingkat kesadaran bisa sangat jauh berbeda dari tindakan nyata,” kata Spinrad, yang juga Administrator Badan Nasional Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA).

Oleh karena itulah, dia mengajak para peserta diskusi di @america, yang mayoritas adalah para pelajar, untuk berpartisipasi aktif mengatasi masalah sampah plastik ini. Selain itu, para pelajar tersebut juga diminta untuk mengedukasi orang-orang di sekitar mereka soal masalah tersebut.

“Jika ada 1.000 orang sudah bisa memahami bahaya (sampah plastik) dan 10% dari mereka lalu berpartisipasi aktif, itu sudah sangat baik,” tegas Spinrad.

Masalah serius

Narasumber lain dalam diskusi tersebut, Dr Intan Sucinurhati, Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyoroti bahwa lebih dari 50% sampah yang mencemari sungai-sungai di Jakarta dan sekitarnya adalah plastik.

“Data ini menggambarkan betapa seriusnya masalah polusi plastik di wilayah kita, dan tindakan lokal yang segera diperlukan untuk mengatasinya,” jelasnya.

Intan sepakat dengan Spinrad bahwa aksi nyata masyarakat sangat penting untuk ditingkatkan. Ia mengajak agar setiap orang mau mempertimbangkan antara kenyamanan penggunaan plastik dengan kerusakan yang ditimbulkannya.

“Inovasi baru sangat diperlukan. Kalian, para pelajar yang hadir di sini mungkin nanti bisa berinovasi menemukan teknik baru, alat baru, aplikasi baru untuk mengurangi sampah plastik,” tuturnya.

Kolaborasi antara sektor publik, swasta dan pemerintah dinyatakan oleh kedua pembicara adalah kunci untuk mengatasi masalah plastik secara holistik. NOAA di AS dan BRIN di Indonesia mengambil peran dalam penelitian, pengembangan solusi, dan memberikan saran kebijakan kepada pemerintah. Sementara indvidu masyarakat perlu diajak untuk mengubah kebiasaan dalam penggunaan plastik. Perubahan signifikan, menurut mereka, bisa terjadi jika ada insentif positif dan edukasi yang lebih baik.


About the writer

Ester Grace Pagitta

Ester Grace is a 2003-born student who dives into the dynamic world of communication science, majoring in journalism at Multimedia Nusantara University. Insatiable curiosity drives her to uncover meaningful...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.