Terumbu karang di perairan Pulau Sabang tak lepas dari dampak krisis iklim. Transplantasi karang dilakukan dengan menggunakan jaring laba-laba buatan.

Sabang, Aceh, kaya dengan keindahan bawah lautnya yang mampu menghipnotis dan mencuri hati turis dari berbagai pelosok dunia. Keindahan alam bawah lautnya sering dijadikan ikon pariwisata bahari.

Namun, sebagai salah satu magnet wisata bawah laut, kerusakan terumbu karang kini makin parah, dampak dari krisis iklim. Jika tidak direhabilitasi, bisa-bisa terumbu karang di Laut Sabang terancam punah.

Krisis iklim mengakibatkan kenaikan suhu air laut yang meningkatkan kadar keasaman air laut, dan membuat karang-karang mati. Proses ini lebih dikenal sebagai bleaching yang umum terjadi di berbagai belahan dunia.

Terumbu karang sejatinya berfungsi sebagai penjaga populasi dan biota laut, terutama rumah bagi ribuan jenis ikan. Tidak hanya perubahan iklim, kerusakan terumbu karang ini ternyata juga disebabkan oleh ulah manusia, seperti alat bom ikan yang masih massif digunakan untuk menangkap ikan.

Ada upaya untuk memulihkan kerusakan karang dari komunitas penyelam, yang mayoritas digeluti oleh generasi muda. Yayasan Coral Oasis, komunitas pemerhati terumbu karang, melakukan kerja-kerja konservasi terumbu karang di Sabang.

Mereka mempersiapkan transplantasi menggunakan metode spider web atau jaring laba-laba. Proses pembuatan modul jaring laba-laba menggunakan rangka besi yang telah di las menyerupai jaring laba-laba di lumuri dengan anti karat (resin), kemudian ditaburi dengan pasir laut di semua bagian rangka modul.

Rangka inilah yang akan menjadi medium untuk pertumbuhan terumbu karang. Sekitar 160 bibit terumbu karang ditanam di perairan pantai boih dengan kedalaman antara 8 hingga 10 meter.

Bibit-bibit karang diambil tak jauh dari lokasi penanaman, bibit tersebut kemudian diikat pada rangka besi, kemudian diletakkan di dasar laut. Komunitas ini juga rutin memantau secara bertahap untuk mengevaluasi perkembangan serta pertumbuhan ribuan terumbu karang yang ditanam.

Selain tujuan wisata, perairan Iboih dan sekitar merupakan sumber utama hasil tangkapan laut. Bila cuaca normal berbagai jenis ikan melimpah. Sebaliknya, cuaca buruk dan tak menentu akan mempengaruhi hasil tangkapan.

Namun semenjak adanya pemulihan terumbu karang, perlahan-lahan, tangkapan nelayan kembali meningkat. Iboih telah lama ditetapkan menjadi wilayah konservasi laut sabang sebagai taman wisata alam laut.

Terdapat sejumlah spot selam yang menarik wisatawan. Karena itu, kerusakan yang terjadi diperlukan upaya pemulihan yang cepat. Terumbu karang menjadi habitat serta sumber makanan bagi para makhluk hidup yang tinggal di bawah laut.

Selain rumah bagi ribuan jenis ikan, terumbu karang adalah pemecah alami gelombang ombak. Itu berarti menjaga kelestariannya dapat menghindarkan kita dari ancaman abrasi.

Baca juga: Keresahan nelayan di Bolsel hadapi laut yang terus berubah


Liputan ini merupakan bagian dari program fellowship dengan tema ‘Adaptasi, Mitigasi, dan Resiliensi Masyarakat Pesisir menghadapi Krisis Iklim’ yang diadakan oleh Ekuatorial dan didukung oleh Society of Indonesian Environmental Journalists dan EcoNusa. Liputan ini pertama kali tayang di Metro TV pada tanggal 13 September 2023.

About the writer

Fajri Fatmawati

Fajri Fatmawati is a reporter based in Aceh and worked for a local news agency before joining Media Group Network/Metro. She completed her undergraduate degree in Indonesian language and literature at...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.