Posted inArtikel / Perkotaan

Aksi anak SD di Jawa Timur tolak kemasan plastik sekali pakai

Kemasan plastik berbagai produk mulai dari deterjen hingga kopi instan menimbulkan bahaya serius bagi lingkungan dan kesehatan.

Siswa Sekolah Dasar (SD) di Gresik, Jawa Timur, mengikuti aksi longmarch kampanyekan #TolakPlastikSekaliPakai. Sebanyak 25 siswa dari SDIT YAA BUNAYYA mengikuti aksi Ekstrakurikuler Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang beranggotakan Siswa Peduli Lingkungan (SPILL).

Mereka menyuarakan bahaya plastik sekali pakai dan mengajak untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai lagi seperti kantong kresek, sterofoam, sedotan, botol plastik, gelas plastik, dan saset.

Setiap siswa membuat narasi tentang bahaya plastik, mikroplastik, sedotan, sterofoam, botol plastik dengan cara mereka yang unik mulai dari membuat poster hingga menggambar jenis plastik. Siswa berorasi satu persatu sehingga sangat berantusias sekali mengikuti rangkaian kegiatan longmarch.

“Hari ini kita mengedukasi temen-temen sekolah untuk mengurangi plastik sekali pakai seperti sterofoam, sedotan, botol, tas kresek, sachet yang akhirnya menjadi mikroplastik. Tadi kita juga nyanyi #TolakPlastikSekaliPakai dan teman-teman rasanya senang sekali sehingga teman-teman mengurangi plastik sekali pakai di sekolah dan dirumah,” ujar Cika, dikutip dari laman AZWI, 21 Oktober 2023.

Ditemui ditempat yang sama ibu Eka Maya Santy guru pembina PLH mengatakan kegiatan ini menarik untuk melatih kepercayaan diri siswa.

“Selain keinginan untuk mengubah lingkungan sekolah jadi lebih bersih bebas plastik, siswa sepertinya lebih PD ya untuk bersuara memberitahu teman-teman satu stop gunakan plastik sekali pakai, saya pikir kegiatan ini menarik,” tegasnya.

Sementara itu, Sofi selaku koordinator program Sekolah Ekologis ECOTON juga mengatakan bangga kepada adik-adik siswa. Menurutnya kegiatan ini merupakan salah satu bentuk untuk mendukung hak-hak ekologis anak terutama di lingkungan sekolah.

“Kegiatan hari ini sangat menyenangkan karena siswa bersemangat saat melakukan orasi sambil berkeliling lingkungan sekolah. Siswa jg mengapresiasi kelompok SPILL dengan tepuk tangan dan ikut bernyanyi. Harapannya SDIT YAA BUNAYYA konsisten menerapkan Zero Waste School,” terangnya.

Kegiatan diakhiri dengan mengajak penjual kantin sekolah untuk berjualan makanan yang sehat bebas 5P dan bebas plastik sekali pakai supaya warga SDIT YAA BUNAYYA sehat sehingga dapat menerima pelajaran dengan mudah. (ecoton). 

Aksi murid SDIT YAA BUNAYYA, Gresik, Jawa Timur, menolak kemasan plastik sekali pakai. (Foto: AZWI)
Aksi murid SDIT YAA BUNAYYA, Gresik, Jawa Timur, menolak kemasan plastik sekali pakai. (Foto: AZWI)

Bahaya kemasan plastik sekali pakai

Sampah plastik masih terus menjadi problematika yang belum terselesaikan hingga saat ini. Jumlah sampah plastik diprediksi akan terus meningkat, terutama sampah plastik jenis multilayer (kemasan sachet).

Kemasan plastik sekali pakai (sachet) multilapis (multilayer) yang digunakan dalam berbagai produk dari deterjen hingga kopi instan telah menimbulkan bahaya serius dan lebih besar membahayakan bagi lingkungan karena tingkat daur ulang dan nilai limbah pasca konsumsi yang rendah dibandingkan dengan kemasan lain seperti botol PET (Polietilena Tereftalat).

Berdasarkan laporan terbaru Greenpeace berjudul “Throwing Away The Future : How Companies Still Have It Wrong on Plastic Pollution Solutions”, sebanyak 855 miliar sachet terjual di pasar global tahun 2020. Asia Tenggara memegang pangsa pasar sekitar 50 persen. Diprediksi jumlah kemasan sachet yang terjual akan mencapai 1,3 Triliun pada tahun 2027.

Peneliti ECOTON Eka Chlara Budiarti menjelaskan bahaya dari sampah plastik sachet sudah banyak  tersebar di lingkungan bahkan sudah masuk ke dalam badan air sungai yang mana merupakan sumber bahan baku air PDAM untuk berjuta-juta pelanggan. Chlara menyebutkan, secara garis besar terdapat dua bahaya sampah plastik sachet, yakni secara fisik dan kimia.

Secara fisik, sampah sachet bisa menjadi mikroplastik. Mikroplastik adalah remahan atau potongan plastik berukuran <5mm. Alhasil, mikroplastik ini tidak  dapat di screening dengan PDAM, dan ikut terbawa ke saluran pipa distribusi mereka dan otomatis juga berimbas ke lingkungan yang sudah terkontaminasi.

Penelitian ECOTON pada tahun 2018 hingga 2020 mengidentifikasi mikroplastik di dalam feses 102 partisipan yang tersebar di beberapa wilayah di indonesia dan menemukan mikroplastik di dalamnya. ECOTON juga telah mengidentifikasi polimernya dan menemukan bahwa yang terbanyak adalah polimer EVOH yang salah satunya digunakan pada lapisan terdalam sachet.

“Hal ini juga membuktikan bahwa plastik sekarang sudah masuk ke dalam tubuh manusia. Darimana asalnya? dari jalur makanan, udara yang kita hirup dan paparan plastik,” ujar Chlara saat dihubungi AZWI beberapa waktu lalu

Chlara lalu melanjutkan, secara kimia plastik sachet memiliki kandungan senyawa kimia yang berbahaya. Terdapat zat pemlastis (plasticizer) yang sudah terkonfirmasi oleh peneliti sebagai senyawa pengganggu hormon contohnya BPA, phthalates, dan lain sebagainya. Tak hanya itu saja, ada beberapa kandungan lain yang ditambahkan pada plastik seperti dioksin, senyawa perflourinasi, retardants dan lain-lain.

Sachet adalah jenis sampah plastik yang sejatinya kurang disukai oleh pengusaha daur ulang sehingga biasanya ditolak karena susah untuk didaur ulang. Sampah kemasan sachet memiliki kemasan multilayer dan tiap kemasannya terdapat sekitar 3-4 lapisan yang terdiri dari lapisan paling dalam berwarna bening, aluminium foil, lapisan gambar dan lapisan laminasi.

“Sehingga mengakibatkan pengusaha malas untuk mengupas lapisan kemasan sachet satu per satu,” tambahnya.


Baca juga:

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.