Kampung Ekowisata Keranggan, yang terletak di Jalan Lingkar Selatan, Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten, telah menjadi simbol keberhasilan transformasi lingkungan menjadi lebih baik. Kawasan tempat pembuangan sampah yang dulunya berwajah kumuh, kini berubah menjadi destinasi wisata cantik yang ramah lingkungan.

Terletak tidak jauh dari kota Bumi Serpong Damai (BSD), Keranggan dilewati oleh aliran Sungai Cisadane sehingga menawarkan udara segar dan pemandangan asri yang menyejukkan. Keasrian tersebut menerbitkan ide dalam benak warga setempat untuk membangun sebuah kawasan wisata.

Pembangunan Kampung Ekowisata lantas dimulai dengan perencanaan pada tahun 2015, hingga kemudian dibukalah Kawasan Ekowisata Keranggan pada tahun 2018. Secara administratif, letak desa wisata seluas 20 hektare tersebut berada di RT 12 dan 13, RW 005 Kelurahan Keranggan, yang didiami sekitar 280 kepala keluarga (KK).

Sempat tutup akibat wabah COVID-19 pada 2019, desa wisata kembali aktif sejak awal 2022. Kampung Ekowisata Keranggan buka mulai pukul 08.00-17.00 WIB dengan biaya masuk sebesar Rp10.000 per orang.

Mayoritas penduduk di desa tersebut adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Para pelaku industri rumahan tersebut kemudian berinisiatif membangun kampung wisata untuk meningkatkan perekonomian dan mengembangkan sumber daya manusia serta alam.

Kegiatan industri rumahan (home industry) di desa tersebut sebagian besar adalah mengolah produk-produk lokal menjadi penganan yang lalu dipasarkan. Bahan yang diolah berasal dari kebun yang dikelola masyarakat, seperti singkong dan pisang.

Pengurus Kampung Ekowisata Kranggan kemudian mendukung para pengusaha kecil itu untuk memasarkan produk mereka, juga mengurus legalitasnya.

“Saat ini tersedia berbagai jenis makanan ringan seperti kembang goyang, keripik singkong, keripik pisang, opak, jajalon, serta berbagai variasi lainnya, seperti yang terbuat dari rempeyek,” ujar Maulana, pengurus bagian promosi dan kerja sama Kampung Ekowisata Keranggan, saat ditemui pada Sabtu (16/3/2024).

Sampah jadi kerajinan

Selain kudapan, Kampung Wisata Keranggan juga melahirkan inovasi menarik yang layak ditiru. Mereka mengolah sampah plastik menjadi kerajinan tangan, menunjukkan komitmen warga dalam melestarikan lingkungan. Penjualan kerajinan tangan juga bisa menambah penghasilan.

Mereka juga membuat kerajinan tangan dari bahan organik yang bisa didaur ulang, seperti anyaman bambu dan pelepah pisang.

Upaya lainnya untuk menjaga kebersihan lingkungan adalah budidaya magot yang bermanfaat untuk mengurai sampah organik.

Tak hanya memproduksi dan menjual kerajinan, Kampung Wisata Keranggan juga menawarkan program pelatihan pembuatan kerajianan tersebut kepada para pengunjung. Biaya pelatihan mulai dari Rp15.000 per orang.

Ada pula pelatihan tari tradisional untuk ikut menjaga kelestarian budaya bangsa.

Kawasan Ekowisata Keranggan juga menawarkan berbagai kegiatan menarik lainnya untuk para pengunjung — mulai dari memanah hingga arung jeram. Ada biaya yang mesti dibayarkan pengunjung untuk megikuti kegiatan tersebut.

Teknologi ramah lingkungan

Hal menarik lain di Kampung Ekowisata ini adalah penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

Warga desa, dibantu oleh para mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (ITI), memanfaatkan tenaga surya guna memenuhi kebutuhan air warga. Untuk itu mereka melakukan solar pumping, yakni memanfaatkan tenaga matahari untuk menghidupkan pompa air.

Kampung Ekowisata Keranggan juga pernah mendapat bantuan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berupa solar cell dari Universitas Pamulang dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pembangkit listrik tersebut digunakan untuk menerangi jalanan di kampung wisata.

Melalui berbagai kegiatan, kampung ini berusaha menjaga dan merawat tradisi lokal serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat

Alwani, Penggagas Kampung Ekowisata Keranggan

Maulana, pengurus bidang promosi dan kerja sama Kampung Ekowisata Keranggan, menyatakan bahwa kolaborasi berbagai unsur tersebut berhasil mengembangkan daerah wisata tersebut.

“Pendekatan ini membangun ekosistem yang berkelanjutan. Tidak hanya memperbaiki lingkungan fisik, tetapi juga memperkuat budaya lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat,” kata Maulana.

Sementara itu, Alwani, salah satu penggagas konsep Kampung Ekowisata, menyatakan bahwa tujuan utamanya adalah untuk memberikan dampak positif terhadap lingkungan, ekonomi, sosial, dan edukasi.

“Melalui berbagai kegiatan, kampung ini berusaha menjaga dan merawat tradisi lokal serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,” kata Alwani.

Upaya pengelola dan masyarakat setempat tersebut berbuah manis. Kampung Ekowisata Keranggan masuk dalam daftar 75 Desa Wisata Terbaik versi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.


About the writer

Ester Grace Pagitta

Ester Grace is a 2003-born student who dives into the dynamic world of communication science, majoring in journalism at Multimedia Nusantara University. Insatiable curiosity drives her to uncover meaningful...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.