Mengatasi bencana dengan harmonisasi manusia, alam, dan tuhan. Temukan konsep kearifan lokal dalam menghadapi bencana di Indonesia.

Mangrove. manusia (Kementerian Lingkungan Hidup)
Mangrove. (Kementerian Lingkungan Hidup)

Bencana yang terjadi di mana-mana di belahan Indonesia merupakan buah dari tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam. Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Mujiburrahman mengatakan, konsep harmoni antara manusia, alam, dan tuhan sebagai kearifan lokal dalam menghadapi bencana bagi masyarakat.

“Hari ini kita melihat kerusakan hutan, bencana alam di mana-mana. Ini terjadi karena semakin tidak harmonis antara manusia, alam dan tuhan,” kata Mujiburrahman, diakses dari laman resmi, Senin, 8 April 2024.

Sebagai sesama makhluk, kata Rektor sudah seharusnya manusia dapat menjaga hubungan harmonis dengan alam dengan cara merawat, menjaga, dan tidak merusaknya. Hal ini disampaikan Rektor ketika bersama Pemerintah Kota Banda Aceh melakukan penanaman 2000 bibit pohon mangrove, 15 Oktober 2022.

“Filosofi yang ingin kita ajarkan kepada mahasiswa adalah bagaimana nantinya generasi mereka bisa hidup dengan alam dan bisa memahami pohon kayu sebagai temannya. Bukan hanya sekedar menanam pohon mangrove dan ini merupakan sebuah siklus dalam konsep harmonisasi dalam konteks kearifan,” kata Mujiburrahman.

Manusia dan ekosistem hutan mangrove

Pj. Walikota Banda Aceh Bakri Siddiq menyambut baik dan mendukung gerakan yang dilakukan oleh UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Menurut Bakri, kegiatan penanaman mangrove ini tentunya membawa berkah bagi pemerintah dan masyarakat di Kota Banda Aceh, yang pada akhirnya nanti dapat membangkitkan aktivitas dan menumbuhkan optimisme ekonomi masyarakat di sekitar hutan mangrove.

“Kita berharap program-program seperti ini tidak hanya berhenti di sini saja, namun dapat terus dikembangkan oleh seluruh stakeholder dan dapat membawa dampak positif bagi ekonomi masyarakat, Gampong dan lingkungan kita,” kata Bakri Siddiq.

Lebih lanjut, Bakri berpesan bahwa hubungan antara ekosistem hutan mangrove dan laut harus senantiasa dijaga jangan sampai punah karena salah satu warisan yang paling berharga dan manfaat sangat luar biasa.

Berdasarkan keterangan dari Ketua Pelaksana Salman Abdul Muthalib, bahwa 2.000 bibit mangrove akan ditanam di Hutan Kota dan Kawasan Alue Naga sekitanya yang akan ditanam secara berkelanjutan.

Program penanaman mangrove ini, kata Salman bertujuan untuk rehabilitasi dan konservasi hutan mangrove, diversifikasi pangan berbasis mangrove dan pilot project ecopreneurship berbasis mangrove.

“Yang semua tujuan ini bagian terintegrasi dalam rencana program MBKM bagi mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh,” kata Salman.

Penanaman mangrove secara simbolis dilakukan di kawasan Makam Syiah Kuala, Banda Aceh. Selain menanami sejumlah aneka jenis pohon, juga dilakukan penanaman mangrove berlokasi di Taman Hutan Kota Tibang, Banda Aceh. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Milad UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang ke-59 tahun.

Kegiatan tersebut turut hadir, Kepala BPDASHL Krueng Aceh Eko Nur Arijayanto, Ketua Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia  Sulaiman, Penggelola Makam Syiah Kuala Tgk Abdul Wahid, perwakilan DLHK Kota, Pengelola Hutan Kota Banda Aceh, Keuchik Deah Raya, dan Unsur muspika lainnya.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.