Gita Syahrani, aktivis lingkungan hidup Indonesia, Rabu (1/11/2023), memperoleh Climate Breakthrough Award 2023 yang dipersembahkan Climate Breakthrough, sebuah lembaga filantropi perubahan iklim yang berbasis di San Fransisco, California, Amerika Serikat.

Tak hanya Gita, Climate Breakthrough Award edisi 2023 ini juga diberikan kepada Jane Fleming Kleeb, aktivis asal Amerika Serikat. Penghargaan ini adalah hibah lingkungan hidup terbesar yang diperuntukkan bagi individu.

Gita dan Jane bergabung dengan 17 penerima Climate Breakthrough Award sebelumnya yang telah menggunakan dana mereka untuk menciptakan dan memperluas inisiatif baru dengan potensi terobosan iklim yang kuat.

Perempuan berusia 38 tahun tersebut menjadi warga Indonesia kedua yang mendapatkan penghargaan tersebut setelah Arief Rabik pada 2019.

“Gita dan Jane adalah dua pemimpin inspiratif yang berkontribusi luar biasa dalam mengatasi krisis iklim, dan kini mereka mengarahkan pandangan mereka pada tujuan yang lebih ambisius,” kata Direktur Eksekutif Climate Breakthrough Savanna Ferguson dalam siaran pers.

“Saya bersyukur bahwa Climate Breakthrough dapat menjadi katalis bagi upaya-upaya mereka memitigasi perubahan iklim. Keduanya bermaksud untuk melanjutkan pekerjaan di tingkat nasional, yang, karena mereka berada di dua negara penghasil emisi terbesar di dunia, mempunyai potensi untuk memberikan dampak global.”

Gita Syahrani menghabiskan karirnya mengumpulkan industri, pemerintah, mitra pembangunan, dan komunitas untuk mendorong tindakan kolektif terhadap lingkungan dan keberlanjutan di Indonesia.

Sang nenek, menurutnya, adalah orang yang menginspirasinya untuk aktif melestarikan lingkungan.

Nama Gita semakin dikenal di kalangan aktivis lingkungan Indonesia ketika pada 2017 ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), sebuah asosiasi yang dibentuk dan dikelola oleh pemerintah kabupaten demi mewujudkan pembangunan lestari yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat lewat gotong-royong.

Bersama LTKL, Gita berhasil membentuk jaringan mitra global, nasional, dan subnasional yang beragam untuk mendukung sembilan anggota LTKL dalam mencapai target mereka untuk melestarikan setidaknya 5,5 juta hektare hutan dan 2 juta hektare lahan gambut pada tahun 2030. Pelestarian tersebut dilakukan melalui cara-cara inovatif yang bisa ikut meningkatkan kesejahteraan setidaknya satu juta keluarga di kawasan tersebut.

Saya ingin membangkitkan imajinasi masyarakat Indonesia, khususnya Generasi Z, agar mereka dapat membayangkan masa depan dengan model pertumbuhan ekonomi yang lebih regeneratif dan adil

Gita Syahrani

Gita memimpin Sekretariat LTKL hingga 2023. Ia lalu memutuskan untuk membentuk Koalisi Ekonomi Membumi, yang bertujuan untuk mengembangkan “bukti konsep” perwujudan bioekonomi. Targetnya adalah meluncurkan 100 bisnis berbasis alam di kabupaten dan provinsi yang kaya akan hutan dan lahan gambut pada tahun 2026.

“Jika kami berhasil, kita akan memiliki pemimpin yang bersemangat, wirausahawan yang berkembang, dan payung kebijakan untuk mengintegrasikan inovasi berbasis alam dan pendekatan bioekonomi ke dalam rencana pembangunan di semua yurisdiksi,” kata Gita.

Melalui karyanya, Gita telah membangun jaringan dan hubungan yang kuat, serta mendapatkan pengakuan internasional.

Pada tahun 2019, Asia Society memasukkannya ke dalam Asia 21 Young Leaders. Baru-baru ini, HEAL Fisheries Project –sebuah usaha berbasis masyarakat yang dipimpin oleh pemuda di Riau untuk melindungi lahan gambut dengan menciptakan produk-produk bernilai tambah dari ikan– yang didukungnya bersama Alam Siak Lestari, memenangkan MIT Solve Global Challenges 2021. Gita juga terpilih menjadi Ashoka Fellow 2023.

“Saya bersemangat untuk memberikan ruang bagi advokasi kebijakan berdasarkan kisah sukses,” kata Gita. “Saya ingin membangkitkan imajinasi masyarakat Indonesia, khususnya Generasi Z, agar mereka dapat membayangkan masa depan dengan model pertumbuhan ekonomi yang lebih regeneratif dan adil.”


Baca juga:

About the writer

Sandy Pramuji

After graduating from Padjadjaran University, Sandy has been active in journalism. Starting as a repoter at The National News Agency (LKBN) Antara in 2003, he then helped developing an English language...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.